Pernahkah anda mendapati tulisan anda di copy oleh seseorang lalu di publikasikan tanpa izin di blog lain? Saya tahu perasaan anda: kesal, marah dan murka bercampur menjadi satu mengingat banyaknya waktu dan perhatian yang anda curahkan untuk membuat tulisan tersebut yang lalu dicopy-paste oleh orang lain tanpa izin.
Penjarahan intelektual dengan cara mengcopy paste konten blog tanpa izin bukan barang baru lagi di blogosphere. Saya tahu betapa menyebalkannya di-copypaste, mengingat sudah seringkali tulisan-tulisan saya (baik dibloggingly atau di blog lain) di publikasikan ulang di berbagai blog tanpa izin.
Pendapat saya, setidaknya ada dua penyebab mengapa hal ini terjadi:
Yang pertama adalah ketidaktahuan. Jangan salah, masih banyak orang yang menyangka bahwa semua yang tersedia di internet itu “gratis” dan “dapat digunakan semau mereka”. Salahkan keterbatasan penyebaran informasi dan edukasi di dunia.
Yang kedua adalah kesengajaan. Sederhana saja: berapa banyak dari anda yang tahu bahwa menggunakan OS bajakan itu salah dan tetap melakukannya? Bagaimana pola pikir anda? “aah, siapa juga sih yang mempermasalahkan…?”, huh?
It sucks, i know
Apapun alasannya, kemudahan mengolah informasi secara digital memang mempermudah copy paste tulisan terjadi. Jangankan tulisan, software yang rumit saja bisa dan banyak dibajak. Menyikapi hal ini, ada dua opsi yang tersedia: mencaci maki dan menyalahkan dunia, atau menyadari bahwa dunia (dan budaya serta perilaku manusia) memang sudah berubah.
Bagaimana menyikapi pembajakan tulisan blog?
Setidaknya, anda memiliki dua opsi: memproteksi atau “melepaskan” konten anda.
Yang saya maksud dengan memproteksi konten adalah melakukan segala daya dan upaya untuk menjaga konten ada agar tidak bisa di-copypaste (meskipun secara teknis saya merasa hal tersebut mustahil – seperti hacking, selalu saja ada cara).
Ada beberapa cara yang dapat anda upayakan seperti mendisable klik kanan dengan memasang sedikit kode JavaScript (untuk mencegah klik kanan copy & paste) di blog anda, membubuhkan watermark pada tiap gambar / foto, mengatur agar RSS Feed anda dipublikasikan secara parsial untuk menghindari publikasi ulang RSS Feed, dll.
Sedangkan yang saya maksud dengan “melepaskan” konten anda adalah dengan tidak melakukan upaya-upaya diatas. Malahan, lakukan hal yang sebaliknya: permudah orang lain dalam membaca tulisan anda. Mensubmit blog ke agregator, merilis tulisan RSS Feed secara penuh, Mengizinkan orang lain mempublikasikan ulang tulisan anda tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu, dll.
Saya tahu hal ini terdengar baru untuk anda. “Gila, gue udah susah-susah nulis masa orang boleh publish ulang semaunya?“. Oke, ini mungkin agak “nyeleneh”, tapi saya rasa anda perlu membaca wacana mengenai uncopyright and minimalist mindset: mengizinkan siapapun menggunakan apa yang anda tulis. Konsep ini saya pertama ketahui dari Leo Babauta, seorang blogger asal kepulauan Guam (sekarang dia pindah ke San Fransisco) yang mengaplikasikan uncopyright dan membuat blognya zenhabits.net menjadi sangat populer dalam waktu kurang dari 3 tahun.
Bagaimana saya menyikapi copy paste
Sekarang masuk ke dalam ke bagian yang lebih praktikal dan personal:bagaimana saya menyikapi copy paste?
Oke, saya harus katakan ini: saya tidak (atau mungkin, belum) se”liberal” Leo Babauta dan uncopyrightnya, tapi saya sudah tidak terlalu memperdulikan lagi para pelaku copy paste.
Pertama kali tulisan saya di copy paste, saya menulis “komentar pedas” di artikel saya yang di-copy paste, meminta yang empunya blog setidaknya menautkan link ke artikel asli. Lama kelamaan, orang yang melakukan copy paste semakin banyak (sekarang sudah jarang lagi sih) dan saya mulai menyadari bahwa hal ini membuang-buang waktu saya. Daripada saya menggunakan waktu saya untuk mengurusi artikel saya yang di-copypaste, lebih baik saya fokus menggunakan waktu saya utuk membuat artikel yang lebih bermutu.
Ingat ini:
orang bisa saja meng-copypaste tulisan anda, tapi mereka tidak akan bisa mencuri integritas dan pengetahuan yang anda dapatkan karena proses penulisan artikel yang anda lalui.
Berangkat dari keyakinan tersebut, saya sekarang tidak terlalu memusingkan diri saya dengan masalah copy paste. Namun, saya melakukan beberapa “trik” sederhana terhadap tulisan-tulisan saya:
Karena saya tidak suka di copypaste, saya tidak pernah meng-copypaste tulisan orang lain. Ingat peraturan emasnya? Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan.
Menulis dengan bahasa yang “saya banget”. Sehingga orang akan tahu bahwa itu tulisan saya. (pada prakteknya akan sangat sulit sih, jadi, tulis saja!)
Menyelipkan link ke artikel-artikel saya yang relevan (jika ada). Sehingga jika di-copypaste dan dipublikasikan di blog lain pun, setidaknya anda mendapatkan backlink. Lumayan untuk search engine indexing
Jika ada gambar yang berupa ilustrasi, bubuhkan watermark
Yap, itu saja sih yang saya lakukan untuk mengatasi copy paste. Bagaimana
dengan anda? Apa pendapat anda dan apa yang anda lakukan untuk menangani copy paste?
waduh ? gimana nih..artikel siapa hayoo
BalasHapuscuman saling berbagi aja gan................
BalasHapushehehehe